Rilisnya Video Klip dan Sepenggal Kisah Menarik Danilla Lainnya

“Secara personal, Bandung selalu menjadi tempat yang saya suka, mungkin karena pria-pria Bandung juga kali ya” tutur Danilla, santai, saat memaparkan sedikit alasan mengenai rilisnya video klip dari lagu “Terpaut Oleh Waktu” miliknya. Lebih mendalam lagi, kesan sangat precious Danilla rasakan terhadap Bandung. ‘Kota Kembang’-lah yang menjadi titik awal solois penggemar musik trip-hop ini melakukan gebrakan dalam kancah musik Indonesia.

Diawal-awal sebelum kelahiran album Telisik, respon sangat positif diberikan oleh para pendengar dari Bandung. Undangan untuk melantunkan lagu-lagu yang ada dalam album tersebut pertama kali pun datang dari Bandung. Danilla merasa, awareness from the first sight yang ditunjukan pendengar-pendengar di Bandung memberikan suntikan tersendiri. Dengan kata lain, Danilla merasa karyanya sangat diterima di Bandung. Lewat sebuah rundingan, akhirnya ditetapkanlah Bandung sebagai tempat penayangan perdana video klip “Terpaut Oleh Waktu” tersebut, untuk memberikan kesan “kembali ke pertama” dan memberikan yang terbaik di tempat yang memang pantas untuk mendapatkannya.

Tepat pada 9 Oktober 2015, video klip tersebut perdana dipertontonkan ke khalayak di Bandung pada acara “Road to Ngamplag Festival”. Simpel, namun penyampaian makna lah yang lebih ingin Danilla utarakan. “Untuk lagu-lagu di Telisik ini sebenarnya ada ide yang ga simpel, tapi duitnya pun ga simpel. Jadi mikir-mikir gimana supaya videonya bagus dengan keadaan duit yang ga banyak. Dan akhirnya terjadilah kayak gitu, lebih mengandalkan yang membuat yang ambigu-ambigu sih. Tapi pada dasarnya emang suka yang simple,” jelasnya.

Konsep dari video klip ini secara keseluruhan, bisa dikatakan dibuat oleh Danilla sendiri. Ide-ide gila muncul saat dirinya dengan santai berbaring sembari mendengarkan lagu “Terpaut Oleh Waktu”. Danilla berkeinginan menggambarkan plot tentang kerisihan terhadap waktu, lalu muncullah ide untuk mengikutsertakan rekannya, Aryanata Razki yang juga seorang Youtuber, untuk berkolaborasi dalam video klip tersebut. Peran sebagai orang gila yang “ngeyel” juga menjijikkan, langsung Danilla berikan pada Ryan.

Dengan menggunakan teknik one take shooting seperti yang Danilla inginkan, video klip tersebut nampak sederhana namun bermakna. Awalnya, Danilla berencana untuk memilih tempat di Yogyakarta dan juga Bandung, namun terbentur masalah biaya dan waktu hingga akhirnya Studio Taman TVRI-lah yang jadi pilihan. Proses pengambilan gambar yang semula akan dilakukan sendiri oleh Danilla, tepatnya dibantu oleh Lafa, terkena kendala sehingga akhirnya dibantu oleh rekannya, Suryo.

Banyak kisah menarik lainnya yang Danilla beberkan, dari mulai ngaret, macet dan jauhnya perjalanan, pemilihan dan pencarian baju bekas di Pasar Senen, hingga interogasi khas ala-ala budaya negeri ini oleh pihak setempat yang dengan mudahnya dijawab dengan alasan “tugas kampus”. Secara keseluruhan, kisah menarik tersebut terbayar lunas oleh hasil video klipnya sendiri.

Selain bercerita panjang mengenai rilisan terbarunya itu, Danilla pun turut berbagi perihal proses pengerjaan album keduanya. Dengan sedikit candaan bak seorang ahli statistik, Danilla mengatakan pengerjaannya sudah mencapai 67,31 %. Intinya, album kedua ini ibarat kanvas yang sama namun dengan warna berbeda. Selain album, sang ‘pengantar pesan’ yang pada Februari nanti genap berusia 26 tahun ini turut mengutarakan keinginannya untuk membuat pertunjukan dengan konsep megah demi menonjolkan musik yang ada di dalam lagu-lagunya. Dan lagi-lagi, Bandung tempatnya.

Tak lupa, dalam perbincangan santai nan hangat tersebut, Danilla mengucapkan banyak terima kasih pada seluruh pendengar yang tak hanya mendengar, namun turut masuk ke dalam karya-karyanya sehingga membuat dirinya melangkah meninggalkan dirinya yang selama ini selalu dibalut rasa minder. (Denny Ramadhani)

Leave a comment